Kota Banjarmasin, yang terletak
di Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin mendapat julukan sebagai Kota
Seribu Sungai. Di daerah Banjarmasin terdapat beribu aliran sungai baik kecil
maupun besar. Bahkan, di tengah kota Banjarmasin mengalir sungai besar bernama
Sungai Martapura. Sungai Martapura juga menghubungkan ke Provinsi Kalimantan
yang lain. Ada pula, Mesjid dengan naman
Masjid Sabilal dikelilingi oleh sungai yang mengalir.
Walaupun, air sungai di daerah
Kalimantan berwarna coklat. Sungai biasanya digunakan masyarakat untuk mandi ,cuci,
dan kakus masyarakat. Masyarakat di Banjarmasin, juga menggunakan sungai
sebagai jalur transportasi untuk bepergian.. Seringkali, sungai dilewati kapal dan perahu masyarakat. Perahu
memiliki sebutan yang berbeda di Banjarmasin dengan nama Jukung.Masih banyak masyarakat di Banjarmasin masih memilih moda
transportasi air. Ini membuktikan sungai yang berwarna coklat itu menjadi
penopang hidup masyarakat.
Dari dahulu, masyarakat
Banjarmasin menggunakan sungai sebagai pasar. Pasar yang sering disebut Pasar
Terapung. Pasar ini bisa dijumpai di sungai Martapura setiap hari Minggu pagi.
Para pedagang memiliki jualan yang berbeda di Jukungnya masing - masing. Bahkan, masih ada pedagang yang
menggunakan sistem barter untuk menjual barang dagangannya. Di atas perahu
pengunjung Pasar Terapung juga bisa merasakan sensasi makan diatas Jukung. Sambil bergoyang – goyang bisa
menyeruput makanan khas Banjarmasin, seperti Soto Banjar. Soto yang juga
memiliki sensasi berbeda dari soto lainnya. Pamor pasar terapung di Indonesia
pun sudah eksis dimana – mana.
Kota Banjarmasin memiliki makanan
khas yang tidak kalah dari kota lainnya di Indonesia. Bahkan cenderung aneh
cara pembuatannya. Seperti masakan yang bernama Pakasam. Makanan ini berbahan dasar ikan endemik Kalimantan yaitu ikan
sepat. Ikan sepat bisa dipancing di sungai – sungai di Pakasam ini
bercita rasa masam, asin, dan sangat gurih cocok dimakan dengan nasi
hangat.
Banjarmasin. Ikan sepat dibalut dengan berbagai rempah rempah seperti bawang merah, bawang putih, dan kunyit. Setelah ikannya sudah berbumbu, ikan difermentasikan dengan beras kuning selama satu hari. Ikan pun digoreng.
Masyarakat di Banjarmasin juga
memiliki kebudayaan seperti maunjun. Maunjun memiliki arti yaitu memancing. Karena
Banjarmasin memiliki banyak sungai dan masyarakatnya juga tinggal di pinggiran
sungai dan rawa. Masyarakat sudah bisa maunjun
dari rumahnya langsung dan langsung bisa dikonsumsi.
Selain itu ada juga makanan khas
yang sering dimasak keluarga – keluarga di Banjarmasin. Yang bernama Manday. Manday terbuat dari kulit
cempedak yang direndam selama seminggu dengan air yang penuh bumbu dan campuran
rempah. Cempedak seringkali disebut di Banjarmasin yaitu dengan nama Tiwadak. Manday setelah rendam selama
seminggu langsung digoreng dan memiliki cita rasa yang kriuk, kenyal, dan layak
nya daging sapi.
Kota Banjarmasin juga bisa
dikatakan sebagai Kota yang Religius namun tetap memegang teguh toleransi antar
sesama umat beragama. Meskipun, Kota yang didominasi masyarakat muslim namun angka
kasus kekerasan karena agama masih kurang. Wisata religi bahkan tokoh ustad dan
ustadzah popular dikalangan masyarakat Banjarmasin. Semua kegiatan beragama di
Banjarmasin selalu ramai tidak memandang berasal dari agama mana. Seperti
perayaan Tahun Baru Imlek di Klenteng Banjarmasin seringkali padat pengunjung.
Banjarmasin juga memiliki
perkembangan pendapatan ekonomi yang cukup menjanjikan. Karena tercatat di
tahun 2014, kota Banjarmasin menjadi daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi
yang paling tinggi diantara daerah di Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar
berpendapat adalah bagian dari kebebasan