 |
Gambar diambl dari atas jembatan |
Aku
sebagai orang yang suka main. Diajak orang main kemana saja langsung acc.
Bangun tidur diajak jalan langsung berangkat. Tanpa pikir panjang langsung cuss.
Dari teman sampai om yang mengajak jalan aku terima semua tawarannya. Ada kala
aku diajak ikut om untuk mengawasi salah satu pembangunan jembatan di salah
satu kabupaten di Kalimantan. Di daerah yang sedang ada proyek
tersebut, kondisi
masyarakatnya masih unik. Hidup di pinggiran sungai yang lebar. masyarakat
masih menggunakan Jukung (perahu) untuk kegiatan sehari hari. Seperti membawa
barang dan menangkap ikan. Sungai juga digunakan untuk aktivitas mencuci dan
mandi. Masih banyak jamban yang menyatu dengan rumah. Jalanan menuju ke
jembatan tersebut kiri kanan nya adalah rawa yang juga sekaligus berdiri rumah
penduduk. Karena ada rumah penduduk diatas rawa, masyarakat bisa memancing di
pekarangan rumah. Masyarakat sangat senang adanya proyek itu
, karena
menggantikan jembatan yang kondisinya memprihatinkan. Pembangunan jembatan baru
ini sudah mencapai tahap akhir (finishing). Namun, saat aku melihat kondisi
jembatan baru, aku terkejut waaah. Jembatan memiliki beberapa retakan, jalan
yang tidak mulus, bahkan bentuk jembatan menurut aku aneh hehe. Saat aku menanyakan perihal ini kepada
om. Dia menjawab ini adalah hal kewajaran dalam hal pembangunan. Pemborong yang
sudah dibancak sana sini, oleh oknum pemerintah. Dan pemborong atau kontraktor
yang harus juga memikirkan keuntungan dari pembangunan itu, untuk memutar roda
perusahaan. Senangnya masyarakat dengan pembangunan jembatan tersebut, tidak
diiringi dengan orang luar yang memiliki kemampuan untuk membangun jembatan
sesuai standar. Orang luar yang dimaksud disini adalah pemerintah yang menjadi
inisiator proyek.
Perjalanan
dilain waktu dan dilain tempat juga memberikan pengalaman ya bisa dikatakan
wagu (aneh). Perjalanan ini membawa aku ke salah satu proyek pembangunan rumah
sakit di salah satu kota yang menjadi pusat pemerintahan di Kalimantan. Rumah sakit ini
belum beroperasi dan akan dijadikan RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah). Pembangunan
RS ini sudah mencapai ¾ tahapan. Yang aku lihat dari
proyek RS masih banyak kekurangan. Ada pembangunan sekat
ruangan yang sembarangan. Bahkan, dari pinggir jalan besar bisa dilihat retakan yang ada di gedung. Dan
pembangunan plavon yang tidak rata. Pembangunan ini dilakukan bertahap. Dan
setiap tahapnya, kontraktor dan konsultan pengawas untuk membangun berbeda
beda. Sialnya untuk kontraktor yang mendapat pembangunan di tahap akhir. Karena
mereka akan menerima kesulitan kesulitan teknis menyelesaikan bangunan akibat
kesembronoan kontraktor di tahap sebelumnya. Belum lagi kontraktor ini harus
menuruti permintaan yang beragam dari pihak pemerintah.
Pengalaman ini mengingatkan aku dengan novel Ahmad
Tohari yang berjudul Orang – Orang Proyek. Buku itu menceritakan seorang yang
dulunya aktivis mahasiswa setelah lulus menjadi insinyur. Ia bernama Kabul.
Insinyur kabul yang mempunyai idealisme saat dia menjadi mahasiswa harus
berbenturan dengan realita pembangunan di masyarakat yang menjadi ajang
bancakan semua pihak yang dilibatkan dalam pembangunan. Sebuah pembangunan
jembatan di desa yang telah lama terputus menjadi proyek Insinyur Kabul. Di
pembangunan tersebut, bahan bangunan yang digunakan dikurangi kualitasnya,
kendaraan dan fasilitas proyek digunakan untuk kampanye salah satu parpol,
hingga peresmian jembatan harus dipercepat agar sesuai dengan perayaan ulang
tahun parpol walaupun dalam aspek teknis beton jembatan belum siap untuk
dilalui. Dan pada akhirnya daripada Insinyur Kabul terus mendiamkan dan
mengorbankan mutu jembatan, Ia pun keluar dari proyek tersebut. Sekian J .
Okey saat nya
closing statemen ehehe. Apabila mutu kualitas bangunan dikurangin sejengkal
saja, apa bedanya mengubah hanya satu huruf dari kata pemborong menjadi
pembohong.
(Ah maafkan, Foto Jembatan dan Rumah Sakit Ilang Arrgghh)
0 komentar:
Posting Komentar
berpendapat adalah bagian dari kebebasan