Comments

  • Headline News

    Diberdayakan oleh Blogger.

    Subscribe

    Flickr Images

    Like us on Facebook

    Selasa, 03 November 2015

    Sumpah Pemuda : Young Marriage dan Generasi Millenials

    Hari Sumpah pemuda diperingati tiap tanggal 28 Oktober. Pada tanggal ini, masyarakat Indonesia ceritanya mengenang dan merayakan salah satu peristiwa yang terjadi 87 tahun silam. Peristiwa tersebut yaitu berkumpulnya para pemuda dari berbagai daerah di Indonesia, untuk mendeklarasikan diri sebagai pemuda Indonesia. Para pemuda dahulu, dan pemuda sekarang jauh berbeda. Apalagi saat tahun 1988, internet sudah masuk ke Indonesia. Insya Allah, bakal ada lagi pembahasan tentang pemuda sekarang dan pemuda zaman dahulu. Namun, sekarang mari kita lihat fenomena aneh terkait pernikahan yang terjadi disekitar kaum muda kaya gitu.
    Wahai kaum muda di bumi pertiwi, ada punya temen yang sudah menikah belum ? tentu jawabannya sudaaaah. Ada temen yang udah punya anak atau yang lagi hamil ? jawaban nya bisa iya ataupun tidak. Pernikahan kaum muda saat ini banyak terjadi di Indonesia. Bahkan, ada yang sudah menikah pada umur dibawah 20 tahun (Warbiyasaa :D). Istilah zaman sekarang yaitu pernikahan dini atau istilah asing nya yaitu Young Marriage.
    Sebelum menyelam lebih dalam ke bidang pernikahan dan kawin ini. Mari kita berkenalan dulu dengan generasi Millenials. Apasih generasi Millenial ? Generasi Millenial merupakan julukan atau penyebutan kepada generasi yang lahir 1982 – Sekarang. Masih sedikit referensi yang didapat tentang generasi Millenial di Indonesia. Majalah Time yang mahal sudah beberapa kali mengangkat tentang generasi Millenial ini, salah satunya yaitu dengan judul “The Na Na Na Generation”.
    Namun, di Indonesia generasi Millenial masih susah untuk di kontekskan. Ya maklum, terdapat gap waktu yang sangat jauh antara barat dan Indonesia. Internet yang muncul di negara barat pada tahun 1962, sedangkan di Indonesia, baru muncul pada tahun 1998, hal ini dapat dilihat pada tulisan di media cetak Kompas yaitu “Jaringan komputer biaya murah menggunakan radio”.
    Generasi yang disebut Millenial ini banyak menjadi sorotan dunia saat ini. Karena banyak perubahan yang mereka bawa dalam melihat fenomena sekitarnya, padahal mereka menjadi fenomena tersendiri juga. Ada yang membicarakan mereka tentang bagaimana generasi Millenial dalam bidang marketing, ekonomi, bahkan sampai pernikahan dan keluarga.
    Tentang pernikahan dini (Young Marriage), terdapat pro dan kontra di kalangan masyarakat baik nasional maupun internasional. Pernikahan dini memiliki kaitan antara ekonomi, agama, kesehatan, dan juga interaksi antara manusia satu sama lainnya.
    Pertama dari negeri kita tercinta Indonesia. Pernikahan usia dini banyak terjadi. hal ini ditandai di beberapa provinsi di Indonesia angka pernikahan dini cukup banyak. Pada tahun 2014, Pengurus Yayasan Kesehatan Perempuan mengajukan uji materi (Yudicial Review) terhadap Undang – Undang Perkawinan Pasal 7 Ayat (1) mengenai batas usia pernikahan. Pemohon mengusulkan untuk menaikan batas minimal usia pernikahan ditingkatkan menjadi 18 tahun yang disesuaikan dengan UU Perlindungan Anak. Hal ini dikarenakan masih banyak problematika terkait kesehatan reproduksi anak yang menikah dan juga hak anak yaitu hak mereka untuk mendapatkan pendidikan.
    Akan tetapi, permohonan tersebut banyak berbenturan dengan norma agama di Indonesia. Merujuk bbc.com, pendapat saksi ahli dari Majelis Ulama, Elly Risman mengatakan batas usia pernikahan tidak usah dinaikan karena alasan menghindari perzinahan. Karena menurut dia, perkembangan teknologi informasi yang menyebarkan banyak konten pornografi, anak – anak rentan untuk melakukan perzinahan. Dalam persidangan sebelumnya, NU dan Muhammadiyah setuju untuk tidak menaikan batas minimal usia pernikahan tidak dinaikan.
    Setelah melalui banyak persidangan selama satu tahun lebih, MK memutuskan pada tanggal 18 Juni 2015, untuk menolak menaikan batas usia minimal perempuan menikah dari 16 tahun menjadi 18 tahun. Alasan MK melakukan penolakan karena tidak ada jaminan dengan penaikan batas minimal ini bisa mengurangi permasalahan perceraian, kesehatan, serta masalah sosial.
    Keputusan ini dikecam dan menuai berbagai kritik dari elemen masyarakat sekaligus pemohon. Mereka mengkritik negara telah membiarkan anak perempuan mengalami kematian dan cacat sebagai resiko dari perkawinan dan melahirkan pada usia anak – anak. Bahkan, Ketua Perwakilan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Sarsanto W Sarwono mengatakan dengan keputusan MK menolak uji materi ini bisa diartikan “Negara juga Berperan Melegalkan Praktik Pedofilia”.

    Merujuk Citizendaily.net , pada peringatan Hari Sumpah Pemuda 2015, bertempat di Cemara 6 Galeri Museum Menteng, Jakarta. Beberapa organisasi seperti Aliansi Remaja Independen, Hak Kesehata Seksual Reproduksi (HKSR), Pamflet, dan Koalisis (18+) mendeklarasikan menolak Perkawinan Usia anak.
    Wakil Ketua PKBI, Atashendartani juga mengatakan perjuangan mewujudkan Indonesia yang bebas perkawinan anak masih sangat panjang dan terjal.


    Nah sekarang lanjut tentang pernikahan dini atau young marriage di kancah Internasional. Di luar sana saat ini terdapat pergeseran arti tentang pernikahan. Generasi Millenial  mengatakan mereka menolak untuk menikah. Karena berbagai macam pertimbangan, salah satunya yaitu pertimbangan budaya dan ekonomi.
    Pertama perlu diketahui median usia nikah saat in menurut cnn.com, yaitu untuk perempuan yaitu 27 tahun dan untuk laki – laki yaitu umur 29 tahun. Lebih tinggi daripada tahun 1960 yang memiliki median yaitu 20 untuk perempuan dan laki – laki yaitu 23 tahun.
    Perempuan pada usia 27 tahun saaat ini sudah merasa kesepian dan merasa terkucilkan apabila belum juga mempunyai kekasih atau pasangan, hiks sedihh.
    Dan juga ada kecenderungan, pernikahan saat ini dianggap tidak lah penting. Karena generasi Millenial lebih memimikirkan karir. Pernikahan dianggap hal yang tradisional dan motivasi untuk menikah berasal dari tuntutan norma sekitar dan juga tuntutan agama.
    Malahan kecendurang para millennial, adalah hidup bersama terlebih dahulu dan mempunyai anak daripada menikah dulu. Karena masih mengeluhkan tentang cara pikir tentang pernikahan selama ini an akses untuk menikah yang diberikan oleh negara.
    Hal ini memberikan kekhawatiran di luar sana, karena dengan pernikahan yang tidak disukai lagi, maka akan mempengaruhi ke penerimaan pajak, kelayakan dan akses terhadap hak, dan jaminan sosial yang  yang semuanya didapat melalui perkawinan.
    Perubahan tentang pernikahan ini, Di Amerika, juga dikarenakan peran negara yang terlalu mencampuri urusan cinta. Tercatat 66 persen, masyarakat berumur 18 sampai 29 berpendapat memiliki prioritas yang lain daripada menikah dan punya anak.
    Menurut mic.com, pada artikel 7 Unexpected Reasons Marrying Young Might Be the Best Decision You Made yang ditulis oleh Ellie Krupnick, mengatakan menikah muda bukanlah karena norma, melainkan karena memang ingin, bukan karena tekanan dari orang lain.

    Pernikahan Muda atau Young Marriage  memiliki keuntungan juga, masih menurut artikel tersebut bisa membantu saat terjadi turbulensi di umur 20. Pada umur 20 sampai 25 tahun, seseorang masih mencari jati dirinya dan berkecimpung untuk menjadi seseorang yang dewasa. Dengan pernikahan, mendapatkan seorang pendamping yang menjadi pilihan hidup, bisa membantu untuk mengatasi turbulensi ini.
    Pernikahan dini mempengaruhi perubahan dari seorang yang muda menjadi lebih baik. Karena saat mengalami momen yang krusial bisa saling berbagi dan juga berbagi pengetahuan kapan pun dan dimanapun.

    Dan juga membuktikan kedewasaan bukan datang karena embel – embel umur. Tapi bagaimana pernikahan bisa memberikan tantangan berhadapan dengan konflik. Dan terakhir, pernikahan dini juga bisa memberikan peluang untuk melakukan aktivitas muda dan bersenang – senang bersama pasangan hidup.
    Yang dapat disimpulkan pernikahan bukanlah karena tuntutan norma masyarakat ataupun desakan dari orang lain. Karena latar belakang yang dipaksakan akan mengakibatkan hal yang buruk kemudian harinya. Sehingga, keputusan untuk menikah merupakan murni kebebasan seorang insan manuisa untuk memilih dan menentukan hidupnya dengan menikah muda.
    Sumber/Source :



    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    berpendapat adalah bagian dari kebebasan

    Item Reviewed: Sumpah Pemuda : Young Marriage dan Generasi Millenials Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top