Di dalam kamar yang gelap dengan kertas berserakan , terdengar
sayup – sayup suara lelaki beruban membangunkan anak lelaki yang sedang tidur
“Lul tangi nganah adus, arep
sholat ied mbok ?” kata lelaki itu sambil membawa
mendoan ditangannya.
Anak lelaki itu adalah aku seorang anak rantau dari Kalimantan,
Setelah membangunkan aku lelaki itu langsung pergi untuk melanjutkan
aktifitasnya. Mengurus burung berbagai rupa dan warna. Aku tidak bangun tidak
juga tidur lagi. Hal yang pertama kali aku lakukan adalah mengecek kedua
smartphone ku. Itu adalah hal yang lumrah yang dilakukan anak muda saat ini
lakukan. Entahlah itu gejala apa. Aku pura pura tak tau saja. Sembari itu, aku
berfantasi bukan berfantasi memikirkan cut tari dan ariel. Melainkan aku berfantasi
andai saja sekarang aku ada di kampung halamanku. Ya tepatnya Banjarmasin.
Waktu berfantasiku sangatlah tepat karena hari ini adalah hari raya idul adha.
Hari raya yang masih aku percayai dan antusias ku terhadapnya masih ada.
Atmosfir di daerah ini sangatlah berbeda dengan yang ada di “kandangku”. Di
“kandangku” itu masih sangat kental suasana religius walaupun aku sendiri orang
religius yang karbitan.
Aku tak mau lama – lama untuk berfantasi. Takutnya aku akan
merasakan kenikmatan dan kelelahan. Aku beranjak dan langsung berangkat ke
Jamban. Ya, aku sebut itu jamban karena tempat mandi itu tak layak untuk
dipanggil kamar mandi. Air yang keruh bak air sabun. Dan bak mandi berwarna
kecoklatan. Namun, air itu tetap aku guyurkan ke seluruh tubuh.
Selesai aku membersihkan tubuh dan menunaikan kewajibanku. “Entahlah, bersih
atau tidaknya yang penting tawakal dulu” imbuhku dalam hati. Dan entah lagi
musim kemarau atau apa air tak sedingin biasanya. Kalau biasanya, aku selalu
menggigil dan mengeras.
Cukup dengan batik dan celana bahan aku berpakaian. Berangkatlah
aku langsung menuju mesjid untuk melaksanakan ibadah sholat ied. Di perjalanan
menuju mesjid aku harus melewati jalanan seperti muka yang banyak jerawatnya.
Ya, berlubang – lubang. Padahal daerah ini sudah berapa kali perbaikan dan
penambalan jalan telah dilakukan. Mungkin ini yang namanya “proyekan jalan”
bagi para pejabat daerah. Aku pun pura – pura tak tahu lagi.
Setelah aku melewati muka yang banyak jerawatnya tadi. Aku sampai
di tempat peribadatan umat islam daerah sini. Dari rumah, aku telah dibekali
amplop untuk diinfaqkan. Semoga saja amal jariyah ku terus bertambah karena
infaq itu. Amin.
Entah pendidikan ataupun kesejahteraan daerah sini kurang,
sehingga imam dan muadzin di sini banyak melakukan kesalahan dalam memimpin
kegiatan keagamaan. Tetapi, aku tak mau ambil pusing yang penting aku sholat
dan selalu bersyukur apa yang Tuhan kasih padaku.
Entah kenapa waktu terasa di percepat, tiba – tiba saja aku sudah
sampai di rumah sederhana tempatku singgah.
Hanya sanggup menyeruput teh melati yang hambar nan enak, aku berpindah tempat
lagi ke rumah jagal sapi dan kambing. Tak karuan rasanya aku meliat sapi
ditarik kakinya, dijatuhkan, dan disembelih. Tiba – tiba saja, kegiatan berfantasi
ku muncul lagi. Fantasiku memikirkan andai saja aku jadi sapi dan diperlakukan
seperti itu. Sangat ngilu rasanya membayangkan tenggorokanku digorok sampai
putus dan ditindih oleh orang banyak hingga tewas.
Ditengah fantasi yang mengilukan itu, BB ku bergetar tanda pesan
masuk yang berisikan PING!!! di dalamnya. Pesan itu asalnya dari dingsanak aku yang ada di Banjarmasin.
Diatas PING!!! ada pesan yang bertuliskan “Lul, aktif akan Skype mama handak
meliat”. Meliat pesan itu, langsung saja aku buka smarthphone satunya. Ku
aktifkan data selulernya. Klik aplikasi berlambang awan dan huruf S.Menuggu
online....... Setelah online langsung saja video call kontak dingsanak itu.
Dan akhirnya muncul. Terlukiskan dilayar sentuh, seorang wanita
hamil 7 bulan dengan wajah senyum sambil melambaikan tangan. Sambil dadah –
dadah dan dibelakangnya sudah berdiri dingsanak,
acil, om, lawan nini dengan
berbagai macam kegiatan. Ada yang makan soto yang penuh akan rempah, ada yang
makan kue klemben, bahkan ada yang sedang menerima tamu. Hal itu bertolak
belakang dengan keadaan ku, aku hanya sendiri. Duduk dan berfantasi. Takseperti
bakcground yang ada di layar hapeku yang online itu.
Sebenarnya rasa kangen aku telah dimatikan oleh diriku sendiri.
Hal ini dikarenakan bukan tanpa sebab. Sebabnya adalah aku hanya berkesempatan
untuk pulang satu semester sekali, itupun dengan jangka waktu yang singkat
karena ada kegiatan di kampusku.
Cukup lama kami berbincang melalui skype, jarang – jarang kami
berdua berbicara satu sama lain. Karena di keluargaku, tidak mengenal yang
namanya sosweet ataupun romantisme yang sering dilakukan keluarga secara
umumnya. Orang tua ku memberikan kasih sayang lewat nasihat dan hinaan yang
sesuai fakta dan keadaan untuk mendidikku. Bahkan, lie detector pun kalah
dengan kedua orang tuaku ini. Intuisi mereka sangat kuat terhadap anaknya yang
satu ini. Apabila aku berbohong mereka sudah tahu. Dan pada akhirnya aku
terpaksa mengaku ataupun berkulim dalam kebohongan untuk tidak mengecewakan
mereka.
Di akhir pembicaraan, ternyata ibuku minta ajarkan aku untuk
memasang skype di Galaxy Tabnya. Ibuku cukup update dan menguasai teknologi
bahkan menjadi pengintai yang selalu dapat informasi setiap kali aku dekat
dengan perempuan. Sungguh sulit bagiku untuk menuruti standar pacar yang ibuku
inginkan. Dia menginginkan pacarku seperti Alyssa Soebandono. Bagiku sih Alyssa
Soebandno itu perempuan standar dan biasa. Namun, saaat ini ungguh sulit untuk
mencari perempuan standar seperti itu. Karena perempuan sekarang, larut dengan
nano spray, make up yang kaya kue ulang tahun, bahkan jilbab yang serba nongol.
Jarang ditemui perempuan yang biasa, semuanya luar biasa. Aku sangat menyukai
perempuan yang biasa, karena perempuan yang luar biasa sekarang lupa akan hakikatnya
sebaga perempuan. Perempuan yang luar biasa itu tak lagi menjaga kehormatannya
sebagai perempuan. Pantas saja banyak perempuan luar biasa mendapatkan suami
yang koruptor, suka selingkuh, dan tidak bertanggung jawab. Sesuatu yang
menarik dari perempuan biasa adalah dia masih ingat dimana ia berpijak, tetap
natural dan berkarakter seperti yang dia inginkan, dan tak harus mengikuti tren
yang sekarang diikuti. Sosok perempuan biasa itu, sudah pernah kutemui. Dan
sekarang aku menyayanginya walaupun dia cerewet dan suka memerintah aku yang
tak suka diperintah. Dia adalah perempuan yang baru saja bercakap – cakap
denganku melaui skype tadi...
Cerita ini nyata tapi fiktif tapi kaya beneran loh.
*Dongeng ini dibuat di malam 2 Dzulhijjah 01.45 setelah ngerjain outline
yang berapa kali gak kesave.....
Apresiasi sebesar – besarnya untuk yang udah baca dongeng ini,
mohon maaf apabila ada kesalahan atau kata yang menyinggung anda – anda. Saya
tidak bermaksud, becanda doang kok
Anak lelaki itu adalah aku seorang anak rantau dari Kalimantan,
Setelah membangunkan aku lelaki itu langsung pergi untuk melanjutkan
aktifitasnya. Mengurus burung berbagai rupa dan warna. Aku tidak bangun tidak
juga tidur lagi. Hal yang pertama kali aku lakukan adalah mengecek kedua
smartphone ku. Itu adalah hal yang lumrah yang dilakukan anak muda saat ini
lakukan. Entahlah itu gejala apa. Aku pura pura tak tau saja. Sembari itu, aku
berfantasi bukan berfantasi memikirkan cut tari dan ariel. Melainkan aku berfantasi
andai saja sekarang aku ada di kampung halamanku. Ya tepatnya Banjarmasin.
Waktu berfantasiku sangatlah tepat karena hari ini adalah hari raya idul adha.
Hari raya yang masih aku percayai dan antusias ku terhadapnya masih ada.
Atmosfir di daerah ini sangatlah berbeda dengan yang ada di “kandangku”. Di
“kandangku” itu masih sangat kental suasana religius walaupun aku sendiri orang
religius yang karbitan.
Aku tak mau lama – lama untuk berfantasi. Takutnya aku akan
merasakan kenikmatan dan kelelahan. Aku beranjak dan langsung berangkat ke
Jamban. Ya, aku sebut itu jamban karena tempat mandi itu tak layak untuk
dipanggil kamar mandi. Air yang keruh bak air sabun. Dan bak mandi berwarna
kecoklatan. Namun, air itu tetap aku guyurkan ke seluruh tubuh.
Selesai aku membersihkan tubuh dan menunaikan kewajibanku. “Entahlah, bersih
atau tidaknya yang penting tawakal dulu” imbuhku dalam hati. Dan entah lagi
musim kemarau atau apa air tak sedingin biasanya. Kalau biasanya, aku selalu
menggigil dan mengeras.
Cukup dengan batik dan celana bahan aku berpakaian. Berangkatlah
aku langsung menuju mesjid untuk melaksanakan ibadah sholat ied. Di perjalanan
menuju mesjid aku harus melewati jalanan seperti muka yang banyak jerawatnya.
Ya, berlubang – lubang. Padahal daerah ini sudah berapa kali perbaikan dan
penambalan jalan telah dilakukan. Mungkin ini yang namanya “proyekan jalan”
bagi para pejabat daerah. Aku pun pura – pura tak tahu lagi.
Setelah aku melewati muka yang banyak jerawatnya tadi. Aku sampai
di tempat peribadatan umat islam daerah sini. Dari rumah, aku telah dibekali
amplop untuk diinfaqkan. Semoga saja amal jariyah ku terus bertambah karena
infaq itu. Amin.
Entah pendidikan ataupun kesejahteraan daerah sini kurang,
sehingga imam dan muadzin di sini banyak melakukan kesalahan dalam memimpin
kegiatan keagamaan. Tetapi, aku tak mau ambil pusing yang penting aku sholat
dan selalu bersyukur apa yang Tuhan kasih padaku.
Entah kenapa waktu terasa di percepat, tiba – tiba saja aku sudah
sampai di rumah sederhana tempatku singgah.
Hanya sanggup menyeruput teh melati yang hambar nan enak, aku berpindah tempat
lagi ke rumah jagal sapi dan kambing. Tak karuan rasanya aku meliat sapi
ditarik kakinya, dijatuhkan, dan disembelih. Tiba – tiba saja, kegiatan berfantasi
ku muncul lagi. Fantasiku memikirkan andai saja aku jadi sapi dan diperlakukan
seperti itu. Sangat ngilu rasanya membayangkan tenggorokanku digorok sampai
putus dan ditindih oleh orang banyak hingga tewas.
Ditengah fantasi yang mengilukan itu, BB ku bergetar tanda pesan
masuk yang berisikan PING!!! di dalamnya. Pesan itu asalnya dari dingsanak aku yang ada di Banjarmasin.
Diatas PING!!! ada pesan yang bertuliskan “Lul, aktif akan Skype mama handak
meliat”. Meliat pesan itu, langsung saja aku buka smarthphone satunya. Ku
aktifkan data selulernya. Klik aplikasi berlambang awan dan huruf S.Menuggu
online....... Setelah online langsung saja video call kontak dingsanak itu.
Dan akhirnya muncul. Terlukiskan dilayar sentuh, seorang wanita
hamil 7 bulan dengan wajah senyum sambil melambaikan tangan. Sambil dadah –
dadah dan dibelakangnya sudah berdiri dingsanak,
acil, om, lawan nini dengan
berbagai macam kegiatan. Ada yang makan soto yang penuh akan rempah, ada yang
makan kue klemben, bahkan ada yang sedang menerima tamu. Hal itu bertolak
belakang dengan keadaan ku, aku hanya sendiri. Duduk dan berfantasi. Takseperti
bakcground yang ada di layar hapeku yang online itu.
Sebenarnya rasa kangen aku telah dimatikan oleh diriku sendiri.
Hal ini dikarenakan bukan tanpa sebab. Sebabnya adalah aku hanya berkesempatan
untuk pulang satu semester sekali, itupun dengan jangka waktu yang singkat
karena ada kegiatan di kampusku.
Cukup lama kami berbincang melalui skype, jarang – jarang kami
berdua berbicara satu sama lain. Karena di keluargaku, tidak mengenal yang
namanya sosweet ataupun romantisme yang sering dilakukan keluarga secara
umumnya. Orang tua ku memberikan kasih sayang lewat nasihat dan hinaan yang
sesuai fakta dan keadaan untuk mendidikku. Bahkan, lie detector pun kalah
dengan kedua orang tuaku ini. Intuisi mereka sangat kuat terhadap anaknya yang
satu ini. Apabila aku berbohong mereka sudah tahu. Dan pada akhirnya aku
terpaksa mengaku ataupun berkulim dalam kebohongan untuk tidak mengecewakan
mereka.
Di akhir pembicaraan, ternyata ibuku minta ajarkan aku untuk
memasang skype di Galaxy Tabnya. Ibuku cukup update dan menguasai teknologi
bahkan menjadi pengintai yang selalu dapat informasi setiap kali aku dekat
dengan perempuan. Sungguh sulit bagiku untuk menuruti standar pacar yang ibuku
inginkan. Dia menginginkan pacarku seperti Alyssa Soebandono. Bagiku sih Alyssa
Soebandno itu perempuan standar dan biasa. Namun, saaat ini ungguh sulit untuk
mencari perempuan standar seperti itu. Karena perempuan sekarang, larut dengan
nano spray, make up yang kaya kue ulang tahun, bahkan jilbab yang serba nongol.
Jarang ditemui perempuan yang biasa, semuanya luar biasa. Aku sangat menyukai
perempuan yang biasa, karena perempuan yang luar biasa sekarang lupa akan hakikatnya
sebaga perempuan. Perempuan yang luar biasa itu tak lagi menjaga kehormatannya
sebagai perempuan. Pantas saja banyak perempuan luar biasa mendapatkan suami
yang koruptor, suka selingkuh, dan tidak bertanggung jawab. Sesuatu yang
menarik dari perempuan biasa adalah dia masih ingat dimana ia berpijak, tetap
natural dan berkarakter seperti yang dia inginkan, dan tak harus mengikuti tren
yang sekarang diikuti. Sosok perempuan biasa itu, sudah pernah kutemui. Dan
sekarang aku menyayanginya walaupun dia cerewet dan suka memerintah aku yang
tak suka diperintah. Dia adalah perempuan yang baru saja bercakap – cakap
denganku melaui skype tadi...
Cerita ini nyata tapi fiktif tapi kaya beneran loh.
*Dongeng ini dibuat di malam 2 Dzulhijjah 01.45 setelah ngerjain outline
yang berapa kali gak kesave.....
Apresiasi sebesar – besarnya untuk yang udah baca dongeng ini,
mohon maaf apabila ada kesalahan atau kata yang menyinggung anda – anda. Saya
tidak bermaksud, becanda doang kok
0 komentar:
Posting Komentar
berpendapat adalah bagian dari kebebasan