Comments

  • Headline News

    Diberdayakan oleh Blogger.

    Subscribe

    Flickr Images

    Like us on Facebook

    Selasa, 07 Oktober 2014

    Kangen Telah Mati

    Di dalam kamar yang gelap dengan kertas berserakan , terdengar sayup – sayup suara lelaki beruban membangunkan anak lelaki yang sedang tidur “Lul tangi nganah adus, arep sholat ied mbok ?” kata lelaki itu sambil membawa mendoan ditangannya. 

    Anak lelaki itu adalah aku seorang anak rantau dari Kalimantan, Setelah membangunkan aku lelaki itu langsung pergi untuk melanjutkan aktifitasnya. Mengurus burung berbagai rupa dan warna. Aku tidak bangun tidak juga tidur lagi. Hal yang pertama kali aku lakukan adalah mengecek kedua smartphone ku. Itu adalah hal yang lumrah yang dilakukan anak muda saat ini lakukan. Entahlah itu gejala apa. Aku pura pura tak tau saja. Sembari itu, aku berfantasi bukan berfantasi memikirkan cut tari dan ariel. Melainkan aku berfantasi andai saja sekarang aku ada di kampung halamanku. Ya tepatnya Banjarmasin. Waktu berfantasiku sangatlah tepat karena hari ini adalah hari raya idul adha. Hari raya yang masih aku percayai dan antusias ku terhadapnya masih ada. Atmosfir di daerah ini sangatlah berbeda dengan yang ada di “kandangku”. Di “kandangku” itu masih sangat kental suasana religius walaupun aku sendiri orang religius yang karbitan.

    Aku tak mau lama – lama untuk berfantasi. Takutnya aku akan merasakan kenikmatan dan kelelahan. Aku beranjak dan langsung berangkat ke Jamban. Ya, aku sebut itu jamban karena tempat mandi itu tak layak untuk dipanggil kamar mandi. Air yang keruh bak air sabun. Dan bak mandi berwarna kecoklatan. Namun, air itu tetap aku guyurkan ke seluruh tubuh.

    Selesai aku membersihkan tubuh dan menunaikan kewajibanku. “Entahlah, bersih atau tidaknya yang penting tawakal dulu” imbuhku dalam hati. Dan entah lagi musim kemarau atau apa air tak sedingin biasanya. Kalau biasanya, aku selalu menggigil dan mengeras. 

    Cukup dengan batik dan celana bahan aku berpakaian. Berangkatlah aku langsung menuju mesjid untuk melaksanakan ibadah sholat ied. Di perjalanan menuju mesjid aku harus melewati jalanan seperti muka yang banyak jerawatnya. Ya, berlubang – lubang. Padahal daerah ini sudah berapa kali perbaikan dan penambalan jalan telah dilakukan. Mungkin ini yang namanya “proyekan jalan” bagi para pejabat daerah. Aku pun pura – pura tak tahu lagi.

    Setelah aku melewati muka yang banyak jerawatnya tadi. Aku sampai di tempat peribadatan umat islam daerah sini. Dari rumah, aku telah dibekali amplop untuk diinfaqkan. Semoga saja amal jariyah ku terus bertambah karena infaq itu. Amin.

    Entah pendidikan ataupun kesejahteraan daerah sini kurang, sehingga imam dan muadzin di sini banyak melakukan kesalahan dalam memimpin kegiatan keagamaan. Tetapi, aku tak mau ambil pusing yang penting aku sholat dan selalu bersyukur apa yang Tuhan kasih padaku.

    Entah kenapa waktu terasa di percepat, tiba – tiba saja aku sudah sampai di rumah sederhana tempatku singgah. Hanya sanggup menyeruput teh melati yang hambar nan enak, aku berpindah tempat lagi ke rumah jagal sapi dan kambing. Tak karuan rasanya aku meliat sapi ditarik kakinya, dijatuhkan, dan disembelih. Tiba – tiba saja, kegiatan berfantasi ku muncul lagi. Fantasiku memikirkan andai saja aku jadi sapi dan diperlakukan seperti itu. Sangat ngilu rasanya membayangkan tenggorokanku digorok sampai putus dan ditindih oleh orang banyak hingga tewas.

    Ditengah fantasi yang mengilukan itu, BB ku bergetar tanda pesan masuk yang berisikan PING!!! di dalamnya. Pesan itu asalnya dari dingsanak aku yang ada di Banjarmasin. Diatas PING!!! ada pesan yang bertuliskan “Lul, aktif akan Skype mama handak meliat”. Meliat pesan itu, langsung saja aku buka smarthphone satunya. Ku aktifkan data selulernya. Klik aplikasi berlambang awan dan huruf S.Menuggu online....... Setelah online langsung saja video call kontak dingsanak itu. 

    Dan akhirnya muncul. Terlukiskan dilayar sentuh, seorang wanita hamil 7 bulan dengan wajah senyum sambil melambaikan tangan. Sambil dadah – dadah dan dibelakangnya sudah berdiri dingsanak, acil, om, lawan nini dengan berbagai macam kegiatan. Ada yang makan soto yang penuh akan rempah, ada yang makan kue klemben, bahkan ada yang sedang menerima tamu. Hal itu bertolak belakang dengan keadaan ku, aku hanya sendiri. Duduk dan berfantasi. Takseperti bakcground yang ada di layar hapeku yang online itu. 

    Sebenarnya rasa kangen aku telah dimatikan oleh diriku sendiri. Hal ini dikarenakan bukan tanpa sebab. Sebabnya adalah aku hanya berkesempatan untuk pulang satu semester sekali, itupun dengan jangka waktu yang singkat karena ada kegiatan di kampusku. 

    Cukup lama kami berbincang melalui skype, jarang – jarang kami berdua berbicara satu sama lain. Karena di keluargaku, tidak mengenal yang namanya sosweet ataupun romantisme yang sering dilakukan keluarga secara umumnya. Orang tua ku memberikan kasih sayang lewat nasihat dan hinaan yang sesuai fakta dan keadaan untuk mendidikku. Bahkan, lie detector pun kalah dengan kedua orang tuaku ini. Intuisi mereka sangat kuat terhadap anaknya yang satu ini. Apabila aku berbohong mereka sudah tahu. Dan pada akhirnya aku terpaksa mengaku ataupun berkulim dalam kebohongan untuk tidak mengecewakan mereka. 

    Di akhir pembicaraan, ternyata ibuku minta ajarkan aku untuk memasang skype di Galaxy Tabnya. Ibuku cukup update dan menguasai teknologi bahkan menjadi pengintai yang selalu dapat informasi setiap kali aku dekat dengan perempuan. Sungguh sulit bagiku untuk menuruti standar pacar yang ibuku inginkan. Dia menginginkan pacarku seperti Alyssa Soebandono. Bagiku sih Alyssa Soebandno itu perempuan standar dan biasa. Namun, saaat ini ungguh sulit untuk mencari perempuan standar seperti itu. Karena perempuan sekarang, larut dengan nano spray, make up yang kaya kue ulang tahun, bahkan jilbab yang serba nongol. Jarang ditemui perempuan yang biasa, semuanya luar biasa. Aku sangat menyukai perempuan yang biasa, karena perempuan yang luar biasa sekarang lupa akan hakikatnya sebaga perempuan. Perempuan yang luar biasa itu tak lagi menjaga kehormatannya sebagai perempuan. Pantas saja banyak perempuan luar biasa mendapatkan suami yang koruptor, suka selingkuh, dan tidak bertanggung jawab. Sesuatu yang menarik dari perempuan biasa adalah dia masih ingat dimana ia berpijak, tetap natural dan berkarakter seperti yang dia inginkan, dan tak harus mengikuti tren yang sekarang diikuti. Sosok perempuan biasa itu, sudah pernah kutemui. Dan sekarang aku menyayanginya walaupun dia cerewet dan suka memerintah aku yang tak suka diperintah. Dia adalah perempuan yang baru saja bercakap – cakap denganku melaui skype tadi...

    Cerita ini nyata tapi fiktif tapi kaya beneran loh.
    *Dongeng ini dibuat di malam 2 Dzulhijjah 01.45 setelah ngerjain outline yang berapa kali gak kesave.....

    Apresiasi sebesar – besarnya untuk yang udah baca dongeng ini, mohon maaf apabila ada kesalahan atau kata yang menyinggung anda – anda. Saya tidak bermaksud, becanda doang kok

     Di dalam kamar yang gelap dengan kertas berserakan , terdengar sayup – sayup suara lelaki beruban membangunkan anak lelaki yang sedang tidur “Lul tangi nganah adus, arep sholat ied mbok ?” kata lelaki itu sambil membawa mendoan ditangannya. 

    Anak lelaki itu adalah aku seorang anak rantau dari Kalimantan, Setelah membangunkan aku lelaki itu langsung pergi untuk melanjutkan aktifitasnya. Mengurus burung berbagai rupa dan warna. Aku tidak bangun tidak juga tidur lagi. Hal yang pertama kali aku lakukan adalah mengecek kedua smartphone ku. Itu adalah hal yang lumrah yang dilakukan anak muda saat ini lakukan. Entahlah itu gejala apa. Aku pura pura tak tau saja. Sembari itu, aku berfantasi bukan berfantasi memikirkan cut tari dan ariel. Melainkan aku berfantasi andai saja sekarang aku ada di kampung halamanku. Ya tepatnya Banjarmasin. Waktu berfantasiku sangatlah tepat karena hari ini adalah hari raya idul adha. Hari raya yang masih aku percayai dan antusias ku terhadapnya masih ada. Atmosfir di daerah ini sangatlah berbeda dengan yang ada di “kandangku”. Di “kandangku” itu masih sangat kental suasana religius walaupun aku sendiri orang religius yang karbitan.

    Aku tak mau lama – lama untuk berfantasi. Takutnya aku akan merasakan kenikmatan dan kelelahan. Aku beranjak dan langsung berangkat ke Jamban. Ya, aku sebut itu jamban karena tempat mandi itu tak layak untuk dipanggil kamar mandi. Air yang keruh bak air sabun. Dan bak mandi berwarna kecoklatan. Namun, air itu tetap aku guyurkan ke seluruh tubuh.

    Selesai aku membersihkan tubuh dan menunaikan kewajibanku. “Entahlah, bersih atau tidaknya yang penting tawakal dulu” imbuhku dalam hati. Dan entah lagi musim kemarau atau apa air tak sedingin biasanya. Kalau biasanya, aku selalu menggigil dan mengeras. 

    Cukup dengan batik dan celana bahan aku berpakaian. Berangkatlah aku langsung menuju mesjid untuk melaksanakan ibadah sholat ied. Di perjalanan menuju mesjid aku harus melewati jalanan seperti muka yang banyak jerawatnya. Ya, berlubang – lubang. Padahal daerah ini sudah berapa kali perbaikan dan penambalan jalan telah dilakukan. Mungkin ini yang namanya “proyekan jalan” bagi para pejabat daerah. Aku pun pura – pura tak tahu lagi.

    Setelah aku melewati muka yang banyak jerawatnya tadi. Aku sampai di tempat peribadatan umat islam daerah sini. Dari rumah, aku telah dibekali amplop untuk diinfaqkan. Semoga saja amal jariyah ku terus bertambah karena infaq itu. Amin.

    Entah pendidikan ataupun kesejahteraan daerah sini kurang, sehingga imam dan muadzin di sini banyak melakukan kesalahan dalam memimpin kegiatan keagamaan. Tetapi, aku tak mau ambil pusing yang penting aku sholat dan selalu bersyukur apa yang Tuhan kasih padaku.

    Entah kenapa waktu terasa di percepat, tiba – tiba saja aku sudah sampai di rumah sederhana tempatku singgah. Hanya sanggup menyeruput teh melati yang hambar nan enak, aku berpindah tempat lagi ke rumah jagal sapi dan kambing. Tak karuan rasanya aku meliat sapi ditarik kakinya, dijatuhkan, dan disembelih. Tiba – tiba saja, kegiatan berfantasi ku muncul lagi. Fantasiku memikirkan andai saja aku jadi sapi dan diperlakukan seperti itu. Sangat ngilu rasanya membayangkan tenggorokanku digorok sampai putus dan ditindih oleh orang banyak hingga tewas.

    Ditengah fantasi yang mengilukan itu, BB ku bergetar tanda pesan masuk yang berisikan PING!!! di dalamnya. Pesan itu asalnya dari dingsanak aku yang ada di Banjarmasin. Diatas PING!!! ada pesan yang bertuliskan “Lul, aktif akan Skype mama handak meliat”. Meliat pesan itu, langsung saja aku buka smarthphone satunya. Ku aktifkan data selulernya. Klik aplikasi berlambang awan dan huruf S.Menuggu online....... Setelah online langsung saja video call kontak dingsanak itu. 

    Dan akhirnya muncul. Terlukiskan dilayar sentuh, seorang wanita hamil 7 bulan dengan wajah senyum sambil melambaikan tangan. Sambil dadah – dadah dan dibelakangnya sudah berdiri dingsanak, acil, om, lawan nini dengan berbagai macam kegiatan. Ada yang makan soto yang penuh akan rempah, ada yang makan kue klemben, bahkan ada yang sedang menerima tamu. Hal itu bertolak belakang dengan keadaan ku, aku hanya sendiri. Duduk dan berfantasi. Takseperti bakcground yang ada di layar hapeku yang online itu. 

    Sebenarnya rasa kangen aku telah dimatikan oleh diriku sendiri. Hal ini dikarenakan bukan tanpa sebab. Sebabnya adalah aku hanya berkesempatan untuk pulang satu semester sekali, itupun dengan jangka waktu yang singkat karena ada kegiatan di kampusku. 

    Cukup lama kami berbincang melalui skype, jarang – jarang kami berdua berbicara satu sama lain. Karena di keluargaku, tidak mengenal yang namanya sosweet ataupun romantisme yang sering dilakukan keluarga secara umumnya. Orang tua ku memberikan kasih sayang lewat nasihat dan hinaan yang sesuai fakta dan keadaan untuk mendidikku. Bahkan, lie detector pun kalah dengan kedua orang tuaku ini. Intuisi mereka sangat kuat terhadap anaknya yang satu ini. Apabila aku berbohong mereka sudah tahu. Dan pada akhirnya aku terpaksa mengaku ataupun berkulim dalam kebohongan untuk tidak mengecewakan mereka. 

    Di akhir pembicaraan, ternyata ibuku minta ajarkan aku untuk memasang skype di Galaxy Tabnya. Ibuku cukup update dan menguasai teknologi bahkan menjadi pengintai yang selalu dapat informasi setiap kali aku dekat dengan perempuan. Sungguh sulit bagiku untuk menuruti standar pacar yang ibuku inginkan. Dia menginginkan pacarku seperti Alyssa Soebandono. Bagiku sih Alyssa Soebandno itu perempuan standar dan biasa. Namun, saaat ini ungguh sulit untuk mencari perempuan standar seperti itu. Karena perempuan sekarang, larut dengan nano spray, make up yang kaya kue ulang tahun, bahkan jilbab yang serba nongol. Jarang ditemui perempuan yang biasa, semuanya luar biasa. Aku sangat menyukai perempuan yang biasa, karena perempuan yang luar biasa sekarang lupa akan hakikatnya sebaga perempuan. Perempuan yang luar biasa itu tak lagi menjaga kehormatannya sebagai perempuan. Pantas saja banyak perempuan luar biasa mendapatkan suami yang koruptor, suka selingkuh, dan tidak bertanggung jawab. Sesuatu yang menarik dari perempuan biasa adalah dia masih ingat dimana ia berpijak, tetap natural dan berkarakter seperti yang dia inginkan, dan tak harus mengikuti tren yang sekarang diikuti. Sosok perempuan biasa itu, sudah pernah kutemui. Dan sekarang aku menyayanginya walaupun dia cerewet dan suka memerintah aku yang tak suka diperintah. Dia adalah perempuan yang baru saja bercakap – cakap denganku melaui skype tadi...

    Cerita ini nyata tapi fiktif tapi kaya beneran loh.
    *Dongeng ini dibuat di malam 2 Dzulhijjah 01.45 setelah ngerjain outline yang berapa kali gak kesave.....

    Apresiasi sebesar – besarnya untuk yang udah baca dongeng ini, mohon maaf apabila ada kesalahan atau kata yang menyinggung anda – anda. Saya tidak bermaksud, becanda doang kok
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    berpendapat adalah bagian dari kebebasan

    Item Reviewed: Kangen Telah Mati Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top